Bangkit Kembali Setelah Pandemi

Satu tahun lalu tepatnya pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Dua warga kota depok, Jawa Barat, menjadi pasien pertama terkonfirmasi Covid-19 di Tanah Air yang dikenal dengan kasus 01 dan 02. Keduanya diduga tertular virus corona dengan varian SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 karena melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.

Kondisi ini semakin hari semakin bertambah parah korban berjatuhan di mana-mana, hal ini  membuat dunia pendidikan terkena imbasnya. Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilaksanakan tatap muka, terpaksa harus dilaksanakan daring. Kami harus dengan sigap mempersiapkan pembelajaran online agar anak-anak kami terlayani dengan baik, melalui berbagai layanan pembelajaran melalui WA kelas, Google Classroo, Google Meet dan Zoom.

Walaupun dengan kendala sana sini kami dengan semangat. Awal pembelajaran anak-anak  begitu semangat dengan metode-metode yang baru mereka temui. Metode yang mereka anggap baru begitu menarik perhatian mereka, sehingga tugas-tugas yang kami berikan bisa terselesaikan dengan baik, akan tetapi memasuki bulan ke-2 semangat anak-anak mulai menurun, tugas yang kami berikan untuk satu kelas paling-paling dikerjakan 12 sampai 20 orang  saja,, minggu berikutnya bukannya membaik justru sebaliknya minat anak-anak  mengerjakan tugas semakin menurun satu kelas hanya sekitar 5- 9 anak yang mengirimkan tugas. Akhirnya sekolah kami menjadwalkan setiap minggu masuk 2 kali dengan di bagi 2 kelompok agar tetap bisa menjaga protokol kesehatan. Dengan 2 kali tatap muka ini ternyata membuahkan hasil yang cukup menggembirakan berkaitan dengan pengumpulan tugas. Tapi disisi lain ada beberapa hal yang membuat kami prihatin saat tatap muka banyak anak-anak yang memakai pakaian seragam  tidak sesuai aturan, rambut menggunakan semir, timbul kemalasan dalam pembelajaran dan menurunnya sikap dan bahasa yang mengarah kepada kesopanan . Benar-benar tugas yang sangat berat untuk kita dalam memperbaiki kondisi seperti ini. Rata-rata setelah coba kami dekati dan kami tanya tentang perihal berkaitan keengganan dan malas mereka untuk mengerjakan tugas tidak lain karena selama daring mereka telah jatuh cinta pada game online, bahkan ada yang benar-benar cinta mati sampai-sampai memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah demi bisa game online. Pendekatan sudah kami lakukan, home visit dan motivasi berbagai cara kami lakukan tetapi masih ada yang harus jadi korban game online.

Game online merupakan musuh terbesar untuk kami membuat anak-anak kami kembali seperti semula, kami harus memperjuangkan cinta, perhatian dan semangat  mereka pada kami seperti dulu. Salah satu trik yang kami lakukan dengan mengajak anak-anak  sebuah video tayangan kondisi orang-orang yang terbaring di rumah sakit dengan penyakitnya yang beraneka ragam dan cerita mereka selama dirawat dan keinginan-keinginan mereka .

“Coba kalian lihat orang yang memakai oksigen besar itu , kasihan bukan? Selain kasihan coba kalian bayangkan berapa ribu saja uang mereka keluarkan untuk bernapas setiap harinya?Coba seandainya sejak bayi kita harus membayar nafas kita berapa ratus juta kita keluarkan baru untuk nafas, belum untuk nikmat yang lain. Selain nikmat nafas masih banyak nikmat yang diberikan pada kita seperti nikmat melihat anak-anak, coba kalian pejamkan mata 10 menit saja, bagaimana jika dalam setiap harinya yang kalian lihat hanya sebuah kegelapan? Bagaimana rasanya? Tidak nyaman, menderita, putus asa bercampur jadi satu kan?” Tanya saya pada semua anak-anak yang terdiam membenarkan apa yang kami sampaikan . Disela -sela itu mulai saya sisipkan pesan untuk mereka.

Sebuah masa depan

Perlu dirancang

Perlu diperjuangkan

Untuk raih kemenangan

Jangan hanya keterbatasan

Jangan karena sebuah permasalahan

Ketidakmampuan

Ketidakpedulian segelintir orang kita hilang harapan.

Gantungkan harapan pada Tuhan

Minta padanya dengan ketulusan

Mematuhi yang diperintahkan

Enggan melakukan hal yang dilarang

Bersujud jangan hanya pada waktu senggang

Atau pada waktu kita kebingungan

Tapi bersujud dan menghadap pada tuhan sesuai permintaan dan aturan.

Orangtua jangan diabaikan

Apalagi dikesampingkan

Jika bertemu hanya ada makian bentakan

Tak kan dapat apa yang diimpikan

Sebaliknya hanya sebuah kesengsaraan

Dan hidup akan berantakan

Mari anak-anakku kita bahu membahu tuk bangkit dari keterpurukan pandemi, kita semangat tuk gapai tujuan sebagaimana yang kami sampaikan pada puisi di atas dalam suatu keberhasilan perlu ada usaha, doa dan restu kedua orang tua. Kita tumbuhkan kembali kedisiplinan dan kesopanan yang terkikis selama masa pandemi melanda negara ini. Selama kita bersatu hambatan yang menghadang kan bisa diterjang apa lagi hanya sebuah game online, yakin kita bisa menang.

  • Related Posts

    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    Artificial Intelligence (AI) is reshaping the landscape of education, offering personalized learning experiences and innovative teaching methods. This post delves into the various applications of AI in education, from adaptive…

    Bangkit Jiwa dan Negeriku

    Puisi Karya Asih karuniyawati, S.Pd Di negeri iniKugantungkan semua mimpiBukan hanya tempat berpangku tanganDan bermalas-malasan Ingin ku berdiri dan berdiriDan terus berusaha untuk lariBukan hanya berdiam diriDan tidak peduli Kalau…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    You Missed

    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    • By demo
    • January 27, 2024
    • 114 views
    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    Bangkit Jiwa dan Negeriku

    • By demo
    • January 18, 2023
    • 41 views

    Mencintai,Usaha, dan Kesuksesan

    • By demo
    • January 18, 2023
    • 26 views

    “Pengolahan Sederhana Sampah Rumah Tangga, Yang dilakukan Siswa SMP N 3 Tuntang

    • By demo
    • December 21, 2022
    • 64 views
    “Pengolahan Sederhana Sampah Rumah Tangga, Yang dilakukan Siswa SMP N 3 Tuntang