Oleh : Yuni Tri Sumani, S.Pd.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbduristek) Nadiem Makarim telah meluncurkan Kurikulum Merdeka yang memiliki esensi menghasilkan pelajar yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, salah satu elemennya adalah mengajarkan pelajar peduli pada lingkungan. Pelajar digerakkan untuk paham pentingnya keberlanjutan bumi yang lebih sehat, mengembangkan kepekaan mereka terhadap kehidupan yang berkelanjutan, mengenal masalah saat ini untuk mencari solusi. Melalui Kurikulum Merdeka pelajar dipicu melihat masalah global, yang selanjutnya diarahkan berkolaborasi menjalankan satu proyek.
Pelajar digerakkan untuk paham pentingnya keberlanjutan bumi yang lebih sehat, mengembangkan kepekaan mereka terhadap kehidupan yang berkelanjutan, mengenal masalah saat ini untuk mencari solusi. Melalui Kurikulum Merdeka pelajar dipicu melihat masalah global, yang selanjutnya diarahkan berkolaborasi menjalankan satu proyek.dengan kolaborasi melakukan proyek tersebut, pengetahuan yang diberikan dan didapat akan menjadi bagian paling penting untuk menghidupkan inisiatif dan kepekaan mereka soal keberlanjutan, penghijauan, dan mencintai alam. Manusia harus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan tidak merusak alam. Kita harus melihat alam dan lingkungan hidup secara keseluruhan sebagai nikmat dan anugerah Tuhan yang wajib disyukuri, mensyukuri nikmat alam ini, yakni dengan menjaga kelestariannya dan tidak merusak alam dengan semena-mena, termasuk eksplorasi dan eksploitasi yang tidak memperhatikan aspek kelestarian dan keberlanjutannya
Salah satu gaya hidup berkelanjutan yang harus menjadi perhatian dan diterapkan dalam dunia pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pendidikan tinggi yang paling dominan dalam lingkungan kita adalah masalah pengelolaan sampah. Kita berharap melalui dunia pendidikan akan mengubah pola pikir masyarakat untuk dapat mengelola sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali oleh lingkungan untuk mengembalikan ekosistem alam untuk terus terawat dan terjaga.
Salah satunya Proyek yang saya ambil dari Profil Pelajar Pancasila dalam elemen Pelajar Peduli pada Lingkungan. Pemanfaatan Sampah Organik.
Melihat kondisi lingkungan yang setiap hari kita tidak bisa terlepas dari “SAMPAH” Kita tidak bisa membayangkan betapa banyak sampah yang berserakan dilingkungan, bahkan banyak kita jumpai diSungai-sungai dijadikan salah satu tempan yang paling mudah untuk membuang sampah, Mereka tidak menyadari dampak apa yang akan terjadi , Mungkin tidak terasa 1 bunguk dilemparkan setiap hari dilakukan bahkan semakin banyak yang melakukan, mereka berfikir sampah-sampah itu akan hanyut, Apakah semudah itu? Apakah sesederhana itu?. Kenyataannya yang kita lihat justru akan mengotori sungai, membuat banjir karena tersumbat sampah- itu dan banyak lagi yang terjadi akibat dari sampah yang sengaja dibuang di Sungai.
Harapan saya bagaimana kita selalu mensosialisasikan atau menyampaikan kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, mengolah sampah, memilah sampah. Sebenarnya dibalik kata Sampah itu mengandung harta kekayaan kita yang luar biasa. itu bisa terwujud kalau masyarakat bisa memilahnya. Untuk itu perlu dilakukan penerapan 3R (reuse, reduce dan recycle). Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilah sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang dapat membusuk dan terurai, seperti sisa makanan, daun kering, dan sayuran. Sedangkan sampah anorganik yaitu sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai seperti botol plastik, kertas bekas, karton, dan kaleng bekas.
Pemilahan sebaiknya dilakukan oleh masing-masing rumah tangga selaku produsen sampah dimana sampah tersebut dihasilkan. Sampah yang sudah dipilah sejak level rumah tangga dan ditangani secara terpisah akan sangat membantu mengurangi beban pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang sekitar 70% sampah di dalamnya merupakan sampah organik rumah tangga.
Pengolahan sampah organik di tempat sumber sampah, yang dilakukan dengan konsisten dan terus-menerus diyakini dapat menyelesaikan permasalahan sampah sejak dini. Penumpukan sampah organik di TPA yang biasanya menimbulkan bau tidak sedap dan berpotensi menyebabkan terjadinya ledakan akibat produksi gas metana dari proses penguraian alami, dapat dihindari dengan mengedepankan penanganan sampah dari sumbernya.
Dengan demikian saya berinisiatif untuk berbuat sesuatu dengan melibatkan siswa-siswi SMP N 3 untuk mengolah sampah. Setidaknya siswa -siswi tau betapa besarnya manfaat sampah yang ada disekitar kita, kalua kita bisa mengolahnya, itu salah satu untuk menopang perekonomian masyarakat juga. Disamping itu setiap hari kita lihat sampah seperti botol-plastik bekas minuman di Sekolah juga banyak sekali, semua itu bisa dimanfaatkan untuk kerajinan-kerajinan tangan untuk anak-anak. Selain itu kami meminta anak juga untuk mengumpulkan sampah organic yang ada dirumahnya untuk diolah dijadikan Eco Enzyme.
Pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengomposan, baik secara aerobik maupun anaerobik, dan dengan membuat eko-enzim. Keistimewaan eko-enzim adalah tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi seperti pada proses pembuatan kompos. Pembuatan eko-enzim sangat hemat dalam hal tempat pengolahan dan dapat diterapkan di rumah. Saya mengajak anak- untuk membuat disekolahan kemudian anak bisa menerapkan dilingkungan rumah ataupun tetangganya. Alhamdulilah anak bisa melakukan itu.
Anak-anak sangat antusias dengan kegiatan ini. Saya menjelaskan betapa besar manfaat dari pengolahan sampah organic itu, Untuk membuat Eco Enzyme tidak memerlukan tempat yg besar, karena fokusnya kami pemanfaatan dalam rumah tangga, yang khususnya dirumah kita.
Wadah-wadah seperti botol-botol bekas air mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan, dapat dimanfaatkan kembali sebagai tangki fermentasi eko-enzim.
ini juga menjadi nilai tambah karena mendukung konsep reuse dalam menyelamatkan lingkungan.
Eko-enzim merupakan produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya membutuhkan air, gula atau molase (tetes tebu) sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah. Eko-enzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10.
Pada dasarnya, eko-enzim mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna dalam pemanfaatan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat.
Proses fermentasi dalam pembuatan eko-enzim berlangsung selama 3 (tiga) bulan. Setelah itu cairan yang dihasilkan, yaitu berwarna coklat gelap bila menggunakan molase dan akan berwarna kuning keorange bila menggunakan gula merah/gula Jawa ,dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat bahkan segar sekali aroma dari kulit buah-buahan tersebut. Hasil fermentasi itu sudah bisa dimanfaatkan. Eko-enzim dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak, dan sebagai bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran darah, terapy kaki pegal-pegal, bahkan untuk obat luka sangat cepat kering. Tidak hanya itu saja Eco Enzyme bisa dikatakan “CAIRAN SERBA GUNA SEJUTA MANFAAT”
Demikian sedikit hal yang bisa saya lakukan untuk sedikit mengurangi sampah yang berada dilingkungan kita, semoga dengan pembuatan Eco Enzyme ini bisa bermanfaat dan berguna bagi semua masyarakat, lingkungan akan semakin bersih, Bumi Kita akan Tersenyum, .Mari kita lestarikan lingkungan penghijauan dam Bumi kita. Salam Eco Enzyme