PENTINGNYA PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN INTELIJENSI ANAK DALAM PEMBELAJARAN

Oleh : Elly Karuniati, S.Pd.
Guru IPA SMP Negeri 3 Tuntang Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah

Kita sering berpikir dan mengatakan bahwa anak merupakan miniatur orang dewasa. Pandangan tersebut ternyata tidak betul karena mereka juga berpikir dan memahami dunia dengan cara mereka sendiri dan itu berbeda dengan pemikiran dan pemahaman orang dewasa. Berbagai penelitian menyatakan bahwa perkembangan proses berpikir atau kemampuan kognitif seorang anak banyak memberi penjelasan bagaimana cara anak memahami lingkungan dan dunianya. Pemahaman terhadap perkembangan kognisi anak ini akan mendorong orang tua untuk memahami anak dan perkembangannya dalam dunianya.

Inteligensi yang memilki satuan ukuran IQ, merupakan salah satu dari banyaknya aspek yang terkait dalam perkembanga kognitif anak. Demikian juga dengan kemampuan berpikir logis anak dalam menghadapi dan memecahkan segala permasalah yang dihadapinya. Perkembangan yang optimal di sektor ini sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri dan penyesuaian anak dengan lingkungannya.
Dalam artikel ini akan kami uraikan tentang “Perkembangan Kognitif dan Intelegensi Anak”. Anak merupakan generasi yang harus dibekali dengan segala kemampuan, dan kemampuan/talenta harus ditanamkan sejak dini, pemberian motivasi positif, penguatan terhadap kreativitas dan olah pikir anak perlu untuk digali, ditumbuhkan, dikembangkan, dan ditingkatkan. Sehingga dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompleks dan multi kompetisi ini, anak sudah siap dan dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kehidupannya kelak.

I. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
Istilah kognitif lebih sering dikenal dengan istilah intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris “intellect” yang menurut Chaplin (1981) dapat diartikan sebagai:
1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan
2. Kemampuan mental atau intelegensi.
Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) menyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan-hubungn dari proses berpikir. Selanjutnya dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam tempo yang lebih singkat, memahami masalah lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.
Jean Peaget mendifinisikan “intellect” yaitu akal budi berdasarkan aspek kognitifnya, khususnya proses-proses berpikir yang lebih tinggi. Sedangkan “intelligence” atau intelegensi diartikan sama dengan “kecerdasan” yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisa, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Dalam arti sempit, intelegensi seringkali diartikan sebagai intelegensi operasianal, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensomotoris sampai dengan operasional formal.

Selanjutnya Jean Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi 4 tahapan, yaitu:

1. Periode sensorimotor
Tahapan ini dialami pada usia 0 – 2 tahun. Pada tahapan ini anak berada dalam suatu pertumbuhan yang di tandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, termasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.

2. Tahap Praoperasional
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Tahapan ini berlangsung pada usia 2 – 7 th. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Tahapan ini disebut juga tahapan intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai dengan suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung ole pemikiran tetapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah,sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

3. Tahap Operasional Konkrit
Tahapan ini berlangsung antara 7 – 11 th. Pada tahapan ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Peaget, interaksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya, sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih obyektif.

4. Tahapan Operasional Formal
Tahapan ini dialami anak pada usia 11 th ke atas. Pada masa ini anak mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.

 

II. INTELIGENSI

Inteligensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Seorang ahli psikologi Amerika Serikat, Thurstone, mengatakan bahwa ada tujuh faktor yang membentuk inteligensi yaitu :

1. Kemampuan Verbal (Verbal Comprehension)
Yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi materi verbal, berpikir verbal, dan menangkap hubungan antara konsep-konsep.
2. Kelancaran Kata-kata (Word Fluency)
Yaitu kelancaran mengutarakan pikiran dalam kata-kata.
3. Kemampuan Mengenal Angka (Number)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan pikiran melalui angka-angka, mencari hubungan angka-angka dan memperhitungkan secara cepat dan tepat bahan yang sifatnya kuantitatif.
4. Kemampuan Keruangan (space)
Yaitu kemampuan untuk melihat dimensi, mengimajinasikan bentuk akhir obyek dengan melihat gambar rancangannya.
5. Kemampuan Ingatan (Associative Memory)
Yaitu kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah dialami atau dipelajari sebelumnya.
6. Kecepatan Persepsi (Perceptual Speed)
Yaitu kemampuan untuk mengenali persamaan dan perbedaan antara obyek-obyek atau simbol-simbol secara tepat dan teliti.
7. Kemampuan Menalar (Induction, General Reasoning)
Yaitu kemampuan untuk memcahkan persoalan-persoalan secara logis, kemampuan abstraksi, serta kemampuan menangkap hubungan antara dua hal.

Pada dasarnya potensi inteligensi telah dimiliki seseorang sejak lahir. Namun, tidak berarti lingkungan tidak mempunyai peran. Rangsangan belajar yang maksimal dari lingkungan umumnya dapat mengoptimalkan potensi inteligensi seorang anak. Dan satu faktor yang tidak kalah penting untuk meningkatkan inteligensi adalah gizi. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa gizi selama anak dalam kandungan sampai ia lahir tumbuh dan berkembang (masa postnatal) besar pengaruhnya terhadap taraf inteligensi anak. Semakin baik gizinya, maka kemungkinan semakin tinggi pula taraf inteligensinya semakin besar.

Sebagai dasar dari segala sesuatu untuk dapat berubah adalah dengan cara belajar, dengan membaca dan belajar manusia akan menjadi cerdas dan bijaksana dalam mengatasi serta menghadapi masalah yang terjadi berkaitan dengan pribadi maupun diluar pribadi manusia itu sendiri, dari belajar kita dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya kita tidak tahu dan mengetahui, belajar sebagai salah satu aspek terpenting dalam meningkatkan sumber daya manusia dalam mengelola kehidupan harus dilakukan dengan komitmen pribadi yang kokoh bahwa belajar adalah landasan untuk mengembangkan diri terutama di era global yang sedang berlangsung ini.

Menjadikan belajar sebagai budaya manusia untuk maju terutama manusia Indonesia, maka perjalanan sebuah Negara ke depan dapat diharapkan mampu memberikan kontribusi kesejahteraan bangsa yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan sebuah Negara, terutama kesejahteraan di Indonesia.

Atas pijakan tersebut, maka karakteristik perubahan tingkah laku dalam belajar adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Tingkah Laku Terjadi Secara Sadar
Setiap individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tingkah laku atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya. Sebagai contoh, seseorang merasa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, keterampilannya bertambah, kemahirannya bertambah, daya ingatnya bertambah, pemahamannya bertambah, dan sebagainya.

2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Terus Menerus dan Fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pensil, menulis dengan pulpen, menulis dengan spidol, menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disamping itu dengan kecakapan menulis ia dapat memperoleh kecakapan lain seperti dapat menulis surat, menyalin catatan, meringkas bacaan, menulis puisi, mengarang, mengerjakan soal, dan sebagainya.

3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam belajar, perubahan-perubahan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4. Perubahan dalam Belajar Tidak Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, dan sebagainya, tidak dapat dikategorikan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seseorang dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang jika terus dipergunakan atau dilatih.

5. Perubahan dalam Belajar Memiliki Tujuan
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai, kegiatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seorang belajar komputer, sebelumnya sudah menetapkan apa yang dapat dicapai dengan belajar komputer. Dengan demikian kegiatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkan.

6. Perubahan dalam Belajar Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika individu belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling nampak adalah dalam keterampilan naik sepeda. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang fungsi sadel, pemahaman tentang alat-alat sepeda, ingin memiliki sepeda dan sebagainya, jadi aspek perubahan tingkah laku berhubungan erat dengan aspek lainnya, sehingga aspek yang satu mendukung aspek yang lain.

Brain-hemispheres (McCarthy,1998)
Belahan Otak Kiri Belahan Otak Kanan
– Berpikir logis – Berpikir acak
– Berpikir berurutan /sequential – Berpikir intuitif/naluriah
– Berpikir rasional – Berpikir holistik/menyeluruh
– Berpikir analitis – Berpikir sintesis
– Berpikir obyektif – Berpikir subyektif
– Mengamati sesuatu sebagai bagian-
bagian – Mengamati sesuatu sebagai
kebutuhan yang bulat

III. KESIMPULAN
Perkembangan anak dari hari ke hari terasa sangat menakjubkan, anak bagi orangtua maupun pendidik merupakan pribadi yang memiliki sifat, karakter, dan perilaku yang luar biasa majemuknya. Uniknya anak satu dengan yang lainnya menjadikan orangtua atau pendidik harus mampu memahami keseluruhan pribadi anak dengan baik, dan hal itu membutuhkan proses yang cukup panjang.
Inteligensi dan IQ bukan menjadi faktor penentu kecerdasan dan kepandaian anak secara mutlak, justru lingkunganlah yang menjadikan faktor penentu kepribadian, kecerdasan, dan karakter individual anak. Lingkungan keluarga dan kehangatan kasih orangtua dalam keluarga yang menentukan kepribadian, kecerdasan, dan karakter anak.

IV. DAFTAR PUSTAKA

———. 2002. Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Seri Ayahbunda. Jakarta: PT Gaya Favorit Press.
Sumarjono Pm., dkk. 2001. Belajar di Era Informasi dan Komunikasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Tagela, Umbu., dkk. 2000. Belajar di Era Informasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Polanyi, Michael. 1996. Segi tak Terungkap Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Freed, Freed, M.A.T., & Parsons, Laurie. 2006. Right-Brained Children in a Left-Brained World (Anak-anak yang Berotak Kanan di Dunia yang Berotak Kiri), Batam: Karisma Publishing Group.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html
Ihalauw, John JOI. 1985. Bangunan Teori. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Poespoprodjo dan Gilarso. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Remaja Karya.
McCarthy, Bernice. 1980. The 4MAT System: Teaching to Learning Styles with Right/Left Mode Techniques (Barrington, III: EXCELL), dalam Parkay & Stanford. Becoming a Teacher, Accepting the Challenge of a Profession, 2nd Ed. Boston: Allyn & Bacon.

 

  • Related Posts

    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    Artificial Intelligence (AI) is reshaping the landscape of education, offering personalized learning experiences and innovative teaching methods. This post delves into the various applications of AI in education, from adaptive…

    Bangkit Jiwa dan Negeriku

    Puisi Karya Asih karuniyawati, S.Pd Di negeri iniKugantungkan semua mimpiBukan hanya tempat berpangku tanganDan bermalas-malasan Ingin ku berdiri dan berdiriDan terus berusaha untuk lariBukan hanya berdiam diriDan tidak peduli Kalau…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    You Missed

    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    • By demo
    • January 27, 2024
    • 114 views
    AI in Education is Transforming Learning Experiences

    Bangkit Jiwa dan Negeriku

    • By demo
    • January 18, 2023
    • 42 views

    Mencintai,Usaha, dan Kesuksesan

    • By demo
    • January 18, 2023
    • 26 views

    “Pengolahan Sederhana Sampah Rumah Tangga, Yang dilakukan Siswa SMP N 3 Tuntang

    • By demo
    • December 21, 2022
    • 64 views
    “Pengolahan Sederhana Sampah Rumah Tangga, Yang dilakukan Siswa SMP N 3 Tuntang